Sabtu, 05 Juli 2014

Simpang

Simpang adalah bagian yang sulit dihindarkan dalam jaringan jalan, karena persimpangan jalan merupakan tempat bertemu dan berganti arah arus lalu lintas dari dua jalan atau lebih. Ketika berkendara didalam kota orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan didaerah perkotaan biasanya memiliki persimpangan, dimana pengemudi dapat memutuskan untuk jalan terus atau berbelok dan pindah jalan.
Menurut Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan di mana jalanjalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masingmasing kaki persimpangan bergerak secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Persimpangan-persimpangan merupakan faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah-daerah perkotaan.
Menurut Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal PerhubunganDarat (1996), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan di mana jalan-jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masingmasingkaki persimpangan bergerak secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Persimpangan-persimpangan merupakan faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah-daerah perkotaan.

Karena persimpangan harus dimanfaatkan bersama-sama oleh setiap orang yang ingin menggunakannya, maka persimpangan tersebut harus dirancang dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan efisiensi, keselamatan, kecepatan, biaya operasi, dan kapasitas. Pergerakan lalu lintas yang terjadi dan urutan-urutannya dapat ditangani dengan berbagai cara, tergantung pada jenis persimpangan yang dibutuhkan (C. Jotin Khisty, 2003)
Khisty (2003) menambahkan, persimpangan dibuat dengan tujuan untuk mengurangi potensi konflik diantara kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan kenyamanan maksimum dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan.

Jenis-jenis Simpang
Secara umum terdapat tiga jenis simpang, yaitu persimpangan sebidang, pembagian jalur jalan tanpa ramp, dan simpang susun atau interchange (Khisty,2003). Sedangkan menurut F.D. Hobbs (1995), terdapat tiga tipe umum pertemuan jalan, yaitu pertemuan jalan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi antara keduanya.
Persimpangan sebidang (intersection at grade) adalah persimpangan dimana dua jalan atau lebih bergabung pada satu bidang datar, dengan tiap jalan raya mengarah keluar dari sebuah persimpangan dan membentuk bagian darinya (Khisty, 2003).

Persinggungan di Persimpangan
Lintasan kendaraan pada simpang akan menimbulkan titik konflik yang berdasarkan alih gerak kendaraan terdapat 4 (empat) jenis dasar titik konflik yaitu berpencar (diverging), bergabung (merging), berpotongan (crossing), dan berjalinan (weaving).
Jumlah potensial titik konflik pada simpang tergantung dari jumlah arah gerakan, jumlah lengan simpang, jumlah lajur dari setiap lengan simpang dan pengaturan simpang. Pada titik konflik tersebutberpotensial terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Pada simpang empat lengan, titik-titik konflik yang terjadi terdiri dari 16 titik crossing, 8 titik diverging dan 8 titik merging seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Titik Konflik pada Simpang Empat Lengan
(Sumber: Khisty, 2003)

Geometrik Simpang
Alinyemen dan Konfigurasi
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
  1. Persimpangan harus direncanakan dengan baik agar pertemuan jalan dari persimpangan mendekati sudut atau sama dengan 90 derajat. Sudut pertemuan antara 600 sampai 900 masih diijinkan.
  2. Jalan yang menyebar pada suatu persimpangan merupakan bagian dari persimpangan dan disebut kaki persimpangan. Pada umumnya persimpangan dari 2 jalan mempunyai 4 kaki.Pada prinsipnya, pada persimpangan sebidang, banyaknya kaki persimpangan jangan sampai lebih dari 5.
  3. Pada prinsipnya, pertemuan (stagger junction) atau pertemuan (break junction) harus dihindarkan, apabila tidak bisa dihindari maka interval jarak kaki yang dibutuhkan harus lebih dari 40 m. Untuk stagger junction, sudut pertemuan yang dibutuhkan kurang dari 30 derajat.
  4. Arus lalu lintas utama sedapat mungkin dilayani dengan jalur yang lurus atau hampir lurus.


Jarak Antara Persimpangan
Jarak antara dua persimpangan harus diusahakan sejauh mungkin. Jarak minimum harus ditentukan sehingga lebih panjang dari beberapa aspek antara lain panjang bagian menyusup, antrian pada lampu lalu lintas, jalur belok kanan atau perlambatan, batas konsentrasi pengemudi.

Alinyemen Dekat Persimpangan
Jarak Pandang pada Persimpangan
Sesuai dengan kecepatan rencana dari kondisi jalan yang bersangkutan maupun jenis dari control lalu lintasnya, jarak persimpangan sebaiknya lebih besar daripada angka-angka yang tertera pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Jarak Persimpangan

Jari-jari Minimum
Jari-jari minimum as jalur lalu lintas di sekitar persimpangan sesuai dengan kecepatan rencana dan jenis kontrol lalu lintas dinyatakan dalam Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Jari-Jari Minimum As Jalur Lalu Lintas


Alinyemen Vertikal di Sekitar Persimpangan
Untuk keamanan dan kenyamanan lalu lintas, kelandaian di sekitar persimpangan diusahakan serendah mungkin. Landai maksimum diusahakan tidak lebih dari 2 %.

Panjang Minimum bagian dengan kelandaian rendah (low grade section)
Panjang bagian dengan kelandaian rendah di dekat persimpangan sebaiknya ditentukan oleh perkiraan panjang antrian terjauh selama satu periode berhenti (cycle), seperti pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Panjang Minimum Bagian Dengan Kelandaian Rendah

Potongan Melintang di Dekat Persimpangan
Lebar Jalur
Lebar jalur lalu lintas dan jalur tambahan (standar = 3m) dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Lebar Jalur Lalu Lintas dan Jalur Tambahan

Jumlah Jalur dan Lokasi
  1. Banyak jalur keluar dari persimpangan sebaiknya sama dengan jumlah jalur lalu lintas menerus yang masuk ke persimpangan.
  2. Bagian keluar dari jalur lalu lintas menerus hendaknya ditempatkan pada satu garis lurus dengan jalur masuk dan jalur lalu lintas menerus tidak boleh bergeser pada persimpangan.

Pergeseran Jalur (Lane Shift)
  1. Pergeseran as jalur lalu lintas menerus harus dengan lengkung /taper yang tepat untuk membuat jalur belok apabila diperlukan.
  2. Standar taper dan panjang minimum taper seperti yang tercantum dalam Tabel 5 dan Tabel 6 di bawah ini :

Tabel 5. Standar Taper dari Lane Shift

Tabel 6. Panjang Minimum Taper

Dimana :
L    = panjang taper (m)
V   = kecepatan rencana (km/jam)
dw = pergeseran jalur lalu lintas menerus (m)
Harga terbesar dari perhitungan di atas diambil sebagai nilai minimum taper.

Jalur Belok Kanan
Kriteria Penentuan Jalur Belok Kanan
Semua persimpangan sebidang harus dilengkapi dengan jalur belok kanan, kecuali untuk hal-hal sebagai berikut :
  1. Larangan belok kanan pada persimpangan
  2. Jalan tipe II, kelas III atau kelas IV dengan kapasitas yang dapat menampung volume lalu lintas puncak.
  3. Jalan 2 jalur dengan kecepatan rencana 40 km/jam atau kurang, dimana volume rencana per jam kendaraan kurang dari 200 kend/jam dan perbandingan kendaraan belok kanan kurang dari 20 % dari Volume rencana per jam (DHV).


Panjang Jalur Belok Kanan
  • Panjang jalur belok kanan dapat ditentukan dengan menjumlahkan panjang taper dan panjang jalur antrian (storage section). L = It + Is. Dimana : L = panjang jalur belok kanan; It = panjang taper (m); dan Is = panjang jalur antrian (m)
  • Panjang taper adalah nilai terbesar antara panjang yang diperlukan pada pergeseran dari lalu lintas menerus sampai jalur belok kanan (Ic) dan panjang yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan (Id). It = max (Ic,Id). Dimana : It = panjang taper (m); Ic = panjang yang diperlukan untuk pergeseran jalur (m); dan Id = panjang yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan
  • Panjang yang diperlukan untuk pergeseran jalur dihitung dengan memakai rumus: Ic = V x (dw/6). Dimana : Ic = panjang yang diperlukan untuk pergeseran jalur (m); V = kecepatan rencana (km/jam); dw = latheral shift (sama dengan lebar jalur belok kanan) (m)
  • Panjang jalur perlambatan dapat diambil dari panjang taper minimum.
  • Panjang jalur antrian pada persimpangan tanpa lalu lintas dihitung dengan rumus berikut didasarkan pada jumlah kendaraan yang akan masuk persimpangan tiap 2 menit pada jam sibuk. Is = 2 x m x s. Dimana: Is = Panjang storage section (m); m = rata-rata kendaraan yang belok kanan (kend/menit); s = head distance rata-rata (m). Rata-rata dibandingkan terhadap perbandingan jumlah bus dan truk terhadap total kendaraan. Untuk bus dan truk s = 12 m. Untuk kendaraan lainnya s = 6 m. Jika bus/truk tidak ada s = 7 m
  • Untuk persimpangan yang ada lampu lalu lintasnya, panjang storage section = 1,5 m dikalikan rata-rata kendaraan yang antri per cycle, yang diproyeksikan pada volume jam rata-rata perencanaan Is = 1,5 x N x s. Dimana : Is = panjang storage section (m); N = rata-rata kendaraan yang belok kanan (kend/cycle); dan s = head distance rata-rata (m)
Gambar 2. Panjang Jalur Belok Kanan

Tabel 7. Panjang Minimum untuk Pergeseran dan Perlambatan

Jalur Belok Kiri
Batasan Ketentuan
Jalur belok kiri atau belok kanan dapat diadakan pada kondisi-kondisi sebagai berikut :
  1. Sudut kemiringan pada persimpangan adalah 60 derajat atau kurang dan jumlah lalu lintas yang belok kiri cukup banyak.
  2. Lalu lintas belok kiri jumlahnya relatif besar pada persimpangan.
  3. Kecepatan kendaraan belok kiri tinggi.
  4. Jumlah kendaraan belok kiri besar dan jumlah pejalan kaki pada sisi luar jalur belok kiri juga besar.
  5. Panjang jalur belok kiri ditentukan dengan cara yang sama dengan jalur belok kanan.


Lintasan Belokan pada Persimpangan
Dalam merencanakan persimpangan sebaiknya kendaraan rencana yang dianggap akan masuk lintasan belok tertera dalam tabel berikut, yang didasarkan pada jenis pengaturan lalu lintas dan kelas jalan.

Tabel 8. Lintasan Belokan pada Persimpangan

Catatan :
  1. S = truk semi trailer; T = Truk
  2. Angka 1-4 merupakan notasi gerakan membelok: 1 = seluruh lebar jalur jalan digunakan; 2 = bagian kiri dari jalur jalan digunakan, jalur lawan tidak digunakan; 3 = jalur belok atau jalur paling kanan / kiri dan kedua dari paling kanan /kiri digunakan, jalur berlawanan tidak digunakan; dan 4 = jalur belok atau jalur paling kanan / kiri saja yang dipakai.
  3. Untuk jalan kelas I, jika kendaraan rencana pada jalan utama berbeda dengan kendaraan rencana dari jalan yang menyilang (crossroad) maka kendaraanrencana pada jalan yang menyilang dipakai sebagai dasar perencanaan persimpangan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar