Rel dipilih dan
disusun dari beberapa komposisi bahan kimia sedemikian sehingga dapat tahan
terhadap keausan akibat gesekan akibat roda dan korositas. Dalam klasifikasi UIC dikenal 3 macam rel
tahan aus (wear resistance rails –
WR), yaitu rel WR-A, WR-B dan WR-C. Komposisi/kadar kimia bahan karbon (C) dan Mn diberikan dalam Tabel 1. Rel yang digunakan di Indonesia (PJKA)
saat ini merupakan rel WR-A, dimana termasuk jenis baja dengan kadar yang
tinggi (high steel carbon), sedangkan
WR-B dan WR-C merupakan baja dengan kadar C yang sedang dan rendah. Percobaan di laboratorium (Masutomo et al.
1982) menunjukkan bahwa rel dengan kadar karbon yang tinggi lebih tahan aus
daripada baja berkadar karbon sedang.
Tabel 1. Kadar C dan Mn pada rel
WR dan PJKA
Ketahanan aus rel WR-A hingga mencapai 2 – 4 kali lebih baik daripada rel biasa. Keausan rel maksimum yang diijinkan oleh PD 10 tahun 1986 diukur dalam 2 arah yaitu pada sumbu vertikal (a) dan pada arah 45° dari sumbu vertikal (e). Gambar 1 menunjukkan ukuran-ukuran keausan rel menurut PD 10 tahun 1986. Nilai-nilai maksimum tersebut ditentukan berdasarkan:
emaksimum = 0,54 h – 4
amaksimum = dibatasi oleh kedudukan kasut roda
dan pelat sambungan. Nilai maksimum
keausan rel vertikal tercapai pada saat yang bersamaan dengan keausan maksimum
pada roda dan sayap kasut roda (flens)
tidak sampai menumbuk pelat sambung.
Gambar 1. Nilai maksimum keausan rel menurut
PD 10 tahun 1986
Jenis Rel dengan Komposisi Bahan Khusus
Pada lintas yang
berat (beban lalu lintas tinggi), kerusakan rel sering terjadi yang disebabkan
oleh gesekan dan benturan roda kendaraan pada rel, selain juga dapat
diakibatkan oleh pengaruh korositas lingkungan.
Kerusakan ini terjadi pada keseluruhan bagian rel yang lemah.
Untuk mengatasi
permasalahan di atas, maka dipilih rel dengan penambahan komposisi khusus pada
bagian-bagian rel tertentu sesuai dengan kerusakan dominan yang terjadi. Pada kerusakan rel yang terjadi pada ujung
rel atau sambungan dapat diakibatkan oleh mutu rel rendah, kondisi pemasangan
sambungan dan geometrik rel yang sudah buruk, dan kondisi roda kendaraan
(kereta). Untuk itu digunakan rel dengan
pengerasan di ujung rel atau dikenal sebagai end-hardened rails . Perbandingan
komposisi kimia dan bentuk rel dengan pengerasan pada ujung dan rel standar dijelaskan
dalam Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 2. Perbandingan komposisi
kimia rel pengerasan di ujung dan rel standar
Gambar 3. Bentuk struktur makro
rel dengan pengerasan di ujung
Besarnya tegangan
kontak gesekan roda dengan rel dapat menyebabkan kerusakan kepala rel dengan
sangat cepat baik karena keausan maupun kelelahan (fatigue). Kondisi ini sering terjadi terutamanya pada jalan rel dengan radius
kecil. Untuk mengatasi tegangan kontak
di atas maka dapat digunakan rel dengan pengerasan di kepala (head hardened rails). Keuntungan penggunaan rel ini adalah
peningkatan umur manfaat rel hingga mencapai 2 kali lipat dan harga lebih
rendah dari nilai peningkatannya. Kepala
rel dengan kedalaman hingga mencapai 10 mm mempunyai kekuatan minimal 13.000
kg/cm2 dan bagian badan berkekuatan 9000 kg/cm2. Penggunaannya di Indonesia dapat dilihat pada
geometrik jalur angkutan batubara Kereta Api Babaranjang di Sumatera Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar