Ada 4 langkah dalam menghitung Rencana Anggran Biaya (RAB), antara lain:
Menghitung volume pekerjaan.
Menghitung semua item pekerjaan. Mulai dari pekerjaan persiapan yang meliputi pekerjaan pematangan lahan sampai pekerjaan finishing. Volume pekerjaan bisa dalam satuan meter kubik, meter persegi, dan juga meter panjang tergantung dengan item pekerjaan. Contoh : Sebidang tanah dengan panjang 10 meter dan lebar 5 meter maka volumenya adalah 50 meter persegi.
Menghitung analisa harga satuan.
Menghitung analisa setiap item pekerjaan. Contoh : Pekerjaan pematangan lahan dibutuhkan 0,1 pekerja OH (orang per hari) dan 0,05 mandor OH untuk setiap meter persegi. Dalam menghitung analisa harga satuan ini, harus memacu pada aturan SNI tentang “Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan
Perumahan”. Setelah itu mengalikan dengan harga tenaga. Contoh : Upah pekerja tahun 2012 adalah Rp. 50.000,00 per hari sedangkan upah Mandor Rp. 60.000,00 per hari. Jadi harga satuan untuk pematangan lahan adalah Rp. 50.000,00 dikali 0,1 = Rp.5000,00 ditambah dengan Rp. 60.000,00 dikali 0,05 =
Rp. 3000,00. Total harga satuan Rp 5.000,00 + Rp 3.000,00 = Rp 8.000,00 untuk per meter persegi.
Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) dengan cara mengalikan volume pekerjaan dengan analisa harga satuan. Dari contoh diatas dapat dihitung RAB = Rp. 8000,00 dikali dengan 50 meter persegi = Rp. 400.000,00. Jadi biaya untuk pematangan lahan untuk 50 meter persegi adalah sebesar Rp. 400.000,00.
Membuat rekapitulasi biaya.
Menjumlahkan semua item pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan dinding hingga pekerjaan finishing. Sehingga didapatkan estimasi biaya dari proyek tersebut.
Analisa Harga Satuan
Analisa
harga satuan pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana
anggaran biaya
bangunan yang di dalamnya terdapat angka yang menunjukkan
jumlah material, tenaga kerja, dan biaya
persatuan pekerjaan, contohnya:
1. Pekerjaan pasangan batu
bata = satuan pekerjaan m2,
2. Pekerjaan pasangan
pondasi batu kali = satuan pekerjaan m3,
3. Pekerjaan rangka atap =
satuan pekerjaan m3,
4. Pekerjaan reng usuk =
satuan pekerjaan m2,
5. Pekerjaan lantai
keramik = satuan pekerjaan m2,
6. Pekerjaan beton
struktur = satuan pekerjaan m3
7. Pekerjaan kusen =
satuan pekerjaan m3, dan lain-lain.
Contoh analisa:
1 m3 beton bertulang
campuran 1Pc : 2Ps : 3Kr (besi 200 kg + bekisting)
Bahan
0.2000 m3 Kayu begesting
1.5000
kg
Paku biasa 2" - 5"
0.4000
ltr Minyak
begesting
200.00
kg
Besi beton polos
2.2500
kg
Kawat beton
8.0750
zak Semen portland
0.5200
m3
Pasir beton
0.7800
m3
Koral beton 2/3
Tenaga
3.9000
OH
Pekerja
0.3500
OH
Tukang batu
1.0400
OH
Tukang kayu
1.0500
OH
Tukang besi
0.2450
OH
Kepala tukang
0.1650 OH Mandor
Keterangan:
Angka
koefisien besi beton 200 kg = jumlah besi yang dibutuhkan dalam 1 m3 beton, contoh
perhitungan untuk 10 m3 beton,
- harga besi per-kg Rp. 10.000,00
- harga besi per m3 beton 200 kg x Rp. 10.000,00 = Rp. 2.000.000,00
- harga besi untuk 10 m3 beton Rp. 2.000.000,- x 10 m3 = Rp. 20.000.000,00
- bahan yang butuhkan 200 kg x 10 m3 = 2.000 kg besi
Cara
praktis perhitungan kg besi perlonjor = 0,0074 x d x d kg/lonjor. Contoh
berat besi diameter 12 mm
per-lonjor ( 12 m ), 0,0074 x12 x12 = 10,66 kg/ljr
(kebutuhan
besi harus dicek dengan memperhitungkan pemotongan dan pembengkokan
tulangan sesuai kebutuhan)
Angka koefisien pasir
0,5200 m3 = jumlah pasir yang dibutuhkan dalam 1 m3
beton
Contoh
perhitungan untuk 10 m3 beton, harga pasir per-m3 Rp.
150.000,00
- harga pasir per m3 beton 0,5200 m3 x Rp. 150.000,- = Rp. 78.000,00
- harga pasir untuk 10 m3 beton Rp. 78.000,00 x 10 m3 = Rp. 780.000,00
- bahan yang butuhkan 0,5200 m3 x 10 m3 = 5,2 m3
Untuk
menetukan koefisien analisa satuan pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai
macam cara, diantaranya adalah:
Melihat buku analisa BOW (Bugerlijke Openbare Werken): Koefisien
analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman belanda dahulu,
sudah jarang digunakan karena adanya pembengkakan biaya pada koefisien tenaga.
Melihat Standar
Nasional Indonesia (SNI): Standar
Nasional (SNI) ini di keluarkan resmi oleh Badan Standarisasi Nasional secara
berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi SNI sebelumya. untuk
memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun
terbitnya misal : SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007, dan SNI 2008.
Melihat standar
perusahaan: pada
perusahaan konstruksi/konsultan biasanya menentukan koefisien analisa harga
satuan tersendiri sebagai pedoman kerja, koefisien analisa harga satuan
perusahaan ini biasanya merupakan rahasia perusahaan.
Pengamatan dan penelitian langsung di lapangan: cara ini dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman, hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalaman kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Melihat standar harga satuan per wilayah: Harga
satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah / perusahaan, jika kita
menggunakan harga satuan ini maka kita tidak memerlukan koefisien analisa harga
satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya kita hanya perlu
mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.
Pengamatan dan penelitian langsung di lapangan: cara ini dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman, hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalaman kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Melihat standar harga satuan per wilayah:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar