Pekerjaan Pembetonan
Pelaksanaan
pembetonan dikerjakan melalui beberapa tahapan pengerjaan
beton yang
meliputi:
1. Pekerjaan
persiapan,
2. Penakaran,
3. Pengadukan,
4. Pengangkutan,
5. Penuangan
(pengecoran),
6. Pemadatan,
7. Penyelesaian
akhir.
Pekerjaan
Persiapan
Tahap
pertama dari pengerjaan beton adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan
sangat penting untuk memastikan kelancaran pengerjaan beton selanjutnya.
Pekerjaan
persiapan meliputi kebersihan alat-alat kerja, pemeriksaan bekisting (form
work), pemeriksaan tulangan, sambungan pengecoran atau penghentian pengecoran.
Pada bagian struktur yang kedap air harus dipasang penahan air (waterstop).
Hal-hal lain yang harus diperhatikan adalah
ketersediaan bahan yang cukup untuk volume
pengecoran yang diinginkan, seperti kerikil, pasir dan semen, dan tersedia
jalan atau akses ke tempat penuangan terakhir, seperti jalan untuk kereta
sorong.
Biasanya
hal-hal di atas dituangkan dalam bentuk lembaran checklist. Untuk pekerjaan yang memakai tenaga
pengawas, penuangan atau pengecoran dimulai setelah checklist diperiksa dan
disetujui pengawas.
Penakaran
Penakaran
bahan-bahan penyusun beton harus mengikuti
ketentuan tata
cara pengadukan
dan pengecoran beton sebagai berikut:
1. Beton-beton
dengan kekuatan tekan (fc’) lebih besar atau sama dengan 20 MPa, proporsi bahan
harus menggunakan takaran berat.
2. Beton-beton
dengan kekuatan tekan (fc’) lebih kecil dari 20 MPa, proporsi bahan dapat
menggunakan takaran volume.
Penakaran
berat menggunakan alat timbang sepatutnya memberikan hasil
penakaran yang
baik, tidak dipengaruhi oleh pengembangan pasir dan kepadatan timbunan
material. Penakaran cara ini sulit dilakukan di tempat pekerjaan bila
pengadukan dilakukan dengan mesin aduk (mixer)
yang mobile.
Pengadukan
Pengadukan beton dapat dilakukan dengan
2 cara:
1. Cara
manual
2. Cara
masinal
Pengadukan
cara manual
Pengadukan
cara manual dilakukan dengan tangan dan takaran dilakukan
dengan takaran
volume. Pengadukan ini biasanya dilakukan untuk pengecoran beton yang bukan
struktural, seperti lantai kerja, tiang dan balok perkuatan pasangan dinding bata.
Tatacara pengadukan manual dimulai dengan pasir dan semen dicampur (dalam
keadaan kering) dengan komposisi yang
telah ditentukan, di atas tempat yang datar dan kedap air. Pencampuran
dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen, kemudian ditambahkan dengan
kerikil dan diaduk kembali hingga merata, kemudian dibuat lubang di tengah
adukan dan tuangkan air di tengah lubang kira-kira 75% dari yang dibutuhkan.
Pengadukan dilanjutkan hingga merata dan tambahkan air sedikit demi sedikit
sambil mengaduk.
Pengadukan
Secara Manual
Pengadukan
cara masinal
Pengadukan
secara masinal dengan mesin aduk (mixer) dilaksanakan untuk
pengecoran beton
struktur, dan volume pengecoran yang cukup besar. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pengadukan secara masinal:
• Bagian
dalam dari wadah alat pengaduk harus cukup basah, sehingga
tidak menambah atau mengurangi air
pencampur.
• Lamanya
waktu pengadukan sesuai dengan kapasitas dari mixer seperti yang diberikan di
Tabel 2.
• Bahan–bahan
seperti pasir dan kerikil harus dalam keadaan SSD (saturated surface dry) supaya pengawasan faktor air semen yang
tetap untuk setiap pengadukan dapat dilaksanakan.
• Wadah
alat transport harus dibasahi air sebelum beton dituang ke dalamnya.
• Mesin
aduk (mixer) tidak boleh diisi melebihi kapasitasnya, karena akan menyebabkan
bahan tumpah sehingga proporsi bahan menjadi tidak tepat.
Tabel
Waktu Pengadukan
Truck Mixer Concrete
Pengangkutan
Pengangkutan
beton segar harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Pengangkutan
beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat yang dicor harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi.
2. Pengangkutan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan perubahan sifat
beton yang telah direncanakan, seperti faktor air semen, slump, dan keseragaman
adukan.
3. Waktu
pengangkutan tidak boleh melebihi 30 menit. Bila diperlukan jangka waktu yang
lebih lama, maka harus dipakai bahan tambahan penghambat pengikatan (admixture type retarder).
Di
tempat pekerjaan, pengangkutan beton sampai ke tempat penuangan
dapat
menggunakan:
• Kereta
sorong, gerobak roda satu.
• Saluran
atau talang (chute).
• Ban
berjalan.
• Pompa
beton (concrete pump).
• Wadah
atau bucket dari baja dengan bukaan bagian bawah dan diangkat dengan tower
crane atau crane.
Pengangkutan
dengan pompa beton (concrete pump)
Concrete pump truck
adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan lengan (boom) untuk memompo campuran beton ready mix ke tempat-tempat yang sulit dijangkau. Untuk pengecoran
lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump truck dapat dilakukan dengan pipa secara vertikal
sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat
dipasang kombinasi vertikal dan horisontal atau miring. Sehingga pemompaan
merupakan cara yang fleksibel pada lokasi yang sulit untuk memindahkan campuran
beton ke sembarang tempat pada bidang pengecoran. Resiko segregasi sangat kecil
dan merupakan cara yang paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material
beton dengan cara lainnya. Dalam
penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari campuran beton yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil maka kerja pompa
akan menjadi berat. Slump adalah
pengujian untuk mengetahui kadar air beton/kelecakan beton dengan menggunakan
kerucut abrams.
Concrete Pump Truck
Pengangkutan
dengan wadah (concrete bucket)
Concrete bucket
adalah tempat pengangkutan beton dari truck
mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump
dan telah memenuhi pensyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck mixer concrete dituangkan ke dalam
concrete bucket, kemudian
pengangkutan dilakukan dengan bantuan tower crane. Dalam pengerjaannya
dibutuhkan satu orang sebagai operator concrete bucket yang bertugas untuk
membuka atau mengunci agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area
pengecoran dengan tower crane. Concrete bucket yang digunakan pada
proyek ini mempunyai kapasitas sebesar 0,8 m3 dan berat concrete bucket adalah 300 kg. Pada
proyek pembangunan Hotel OJ, pengecoran dengan concrete bucket hanya untuk pengecoran kolom, shear wall/core wall.
Concrete bucket
Penuangan
(Pengecoran)
Cara
penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Beton
yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability)
yang diinginkan, agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan penuangan harus
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi. Segregasi adalah pemisahan
butiran agregat kasar dari adukan dan dapat menyebabkan sarang kerikil yang
mengakibatkan kekuatan beton berkurang.
2. Harus
diperhatikan kesinambungan penuangan beton, penuangan lapisan beton yang baru
harus dilakukan sebelum lapisan beton sebelumnya mencapai waktu setting awal (initial setting time).
3. Beton
yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah terkotori
oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton supaya tidak terjadi
segregasi adalah:
1. Beton
yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi jatuh
penuangan adukan maksimum 60 cm.
Cara Penuangan
yang Dapat Menghindari Segredasi
2. Untuk
pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan melalui pipa penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila
penuangan dilakukan dari atas dengan ketinggian penuangan mencapai 3 – 4 m,
beton yang dituang akan menumbuk tulangan dan bagian dasar, menyebabkan agregat
kasar terlempar keluar dari adukan sehingga terjadi segregasi.
3. Bila
tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui bukaan di dinding
bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh penuangan.
Penuangan
Melalui Jendela pada Bekisting Kolom
4. Pada
pengecoran pelat lantai dan balok, penuangan sebaiknya dilakukan berlawanan
terhadap arah pengecoran atau menghadap beton yang telah dituang.
5. Beton
yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada suatu tempat tertentu dan dibiarkan mengalir ke
dalam bekisting.
6. Arah
penuangan adukan pada permukaan yang miring harus dilakukan dari bawah ke atas,
sehingga kepadatan bertambah sejalan dengan bertambahnya berat adukan beton
yang baru ditambahkan.
Pemadatan
Pemadatan
beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam
menentukan kekuatan dan ketahanan beton yang telah mengeras.
Pemadatan
beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu
setting awal dari beton segar. Setting
beton segar di lapangan dapat diperiksa
dengan menusuk tongkat ke dalam beton tanpa kekuatan dan dapat masuk 10 cm.
Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara
sehingga dapat mencapai kepadatan maksimal. Tingkat kepadatan yang dapat
dicapai bergantung pada:
1. Komposisi
bahan beton.
2. Cara
dan usaha pemadatan di lapangan.
Komposisi bahan
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kelecakan
(workability) dari adukan yang ditentukan oleh nilai slump-nya.
Dengan nilai slump yang sesuai, bekisting
akan terisi dengan baik.
2. Campuran
yang terlalu banyak air akan menyebabkan segregasi.
3. Campuran
yang gemuk (banyak semen) akan membuat beton yang lebih plastis, sehingga
campuran lebih kompak.
Cara dan usaha pemadatan sangat dipengaruhi
oleh kelecakan betonnya. Semakin lecak semakin mudah pemadatannya, makin
rendah slump-nya makin sulit
pemadatannya. Pemadatan secara mekanis lebih padat dibandingkan dengan cara
manual. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah:
1. Pemadatan
dilakukan sebelum waktu setting,
biasanya antara 1 sampai 4 jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat
pemadat tidak boleh menggetar pembesian, karena akan menghilangkan/melepaskan
kuat lekat antara besi dengan beton yang baru dicor dan memasuki tahap waktu
setting (setting time).
3. Pemadatan
tidak boleh terlalu lama untuk menghindari
bleeding, yaitu naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan
meningggalkan agregat di bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan
kasar (honeycomb) di bagian bawah,
dan beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri dari pasta semen.
4. Untuk
pengecoran bagian yang sangat tebal atau pengecoran massal, penuangan dan
pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan tidak boleh lebih dari
500 mm.
Pemadatan dapat
dilakukan dengan beberapa cara:
1. Cara manual
Pemadatan cara
manual
2. Menggunakan
alat getar mekanis (vibrator)
Memadatkan
dengan Vibrator dan Alat Vibrator
Pemadatan
dengan cara menual dapat dilakukan dengan menusukkan sebatang tongkat atau besi
tulangan ke dalam secara berulang-ulang, atau dengan menumbuk beton segar
dengan alat penumbuk. Pemadatan dengan penumbukan dilakukan bila mengecor beton
tumbuk yaitu beton dengan air yang sangat sedikit, atau campuran yang kaku. Pemadatan
dengan penusukan tongkat dilakukan terhadap beton yang cukup plastis. Terdapat
beberapa jenis alat getar mekanis, antara lain:
1. Jarum
penggetar.
2. Penggetar
permukaan.
3. Penggetar
bekisting/acuan.
4. Meja
getar.
5. Balok
penggetar.
Alat penggetar mekanis
yang paling banyak dipakai adalah jarum penggetar, jarum penggetar terdiri dari
mesin dan selang karet dengan ujung baja lancip yang menggetar antara 3000
sampai 12000 getaran per menit.
Berikut ini beberapa
pedoman proses pemadatan menggunakan alat jarum penggetar:
1. Pemadatan
dilakukan secara vertikal dan masuknya ujung getar oleh beratnya sendiri.
2. Penggetaran
dilakukan pada spasi atau jarak yang teratur yang masih dalam pengaruh getaran
antara satu titik dengan titik lainnya.
3. Bila
permukaan sekeliling jarum mulai menunjukan berkumpulnya pasta semen atau
menjadi licin, maka pemadatan telah cukup dan harus pindah ke titik lainnya,
dengan menarik pelan-pelan keluar sehingga lubang yang ditinggalkan ujung
penggetar dapat tertutup dengan
sendirinya.
4. Lamanya
waktu penggetaran di setiap titik adalah 5 – 15 detik.
5. Penggetaran
tidak boleh dilakukan terlalu lama sampai terjadi bleeding.
6. Tidak
terjadi kontak antara alat getar dengan pembesian, karena dapat
merusak daya lekat ujung pembesian
lain dengan beton yang telah mulai setting.
7. Tidak
terjadi persinggungan antara alat penggetar dengan bekisting.
8. Tidak
boleh menggunakan alat getar untuk mengalirkan adukan beton dalam pengisian
bekisting.
9. Tebal
lapisan yang dicor tidak boleh lebih tebal dari panjang batang penggetar.
Pekerjaan
Perawatan (Curing)
Tujuan
perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu pasca-pembukaan
bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai
mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa pencegahan
atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam beton yang ternyata masih
diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi. Bila terjadi kekurangan/kehilangan
air maka proses hidrasi akan
terganggu/terhenti dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan
kekuatan beton, terutama penurunan kuat tekan (Lubis, 1986; Mulyono, 2004; dan
Amri, 2005).
Metode
dan Material Perbaikan
Penentuan
metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada,
disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur
berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta
batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja, kemudahan
pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan.
Jenis kerusakan yang sering terjadi adalah kerusakan berupa keretakan dan spalling (terlepasnya bagian beton).
Jenis kerusakan yang sering terjadi adalah kerusakan berupa keretakan dan spalling (terlepasnya bagian beton).
Kerusakan
pada Beton
Keretakan
Keretakan
dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya terjadi pada
elemen struktur beton bertulang, sedang retak non-struktur terjadi dinding bata
atau dinding non-beton lainnya. Untuk retak non-struktur, dapat digunakan
metode injeksi dengan material pasta semen yang dicampur dengan expanding agent
serta latex atau hanya melakukan sealing saja dengan material polymer mortar
atau polyurethane sealant. Sedang pada retak struktur, digunakan metode injeksi
dengan material epoxy yang mempunyai viskositas yang rendah, sehingga dapat
mengisi dan sekaligus melekatkan kembali bagian beton yang terpisah. Proses
injeksi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin yang bertekanan,
tergantung pada lebar dan dalamnya keretakan.
Spalling
Metode
perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling
yang terjadi.
Patching
Untuk
spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang
tidak luas, dapat digunakan metode patching. Metode perbaikan ini adalah metode
perbaikan manual, dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat
pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar
ditempelkan sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.
Grouting
Sedang
pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting,
yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink
mortar. Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan
pompa. Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang
terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang
mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari
bahan grouting. Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak
susut. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
Shotcrete (Beton Tembak)
Shotcrete (Beton Tembak)
Apabila
spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan
metode Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya
pengecoran pada umumnya. Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan
wet-mix. Pada sistim dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa
campuran kering, dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu
dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang
memegang selang, yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam
perawatan mesin shotcretenya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’. Pada
sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah,
sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan
perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.Pada metode
shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat
pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
Grout Preplaced
Aggregat (Beton Prepack)
Metode
perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam
adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang
dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari
volume kerusakan) kedalam bekisting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan
grout, kedalam bekisting. Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer
grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar