BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut definisinya,
jembatan merupakan alat penghubung antara satu daerah ke daerah lain. Dengan
menjadikan jembatan sebagai sarana penghubung, maka jembatan juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi
untuk perdagangan, transportasi dan pertukaran sosial budaya. Dengan demikian,
maka jembatan juga membentuk bagian sarana kehidupan masyarakat.
Dengan perkembangan
tersebut, baik dalam perkembangan peradaban maupun perkembangan teknologi, maka
jembatan juga mengalami perkembangan dalam berbagai hal, baik dari segi bentuk ataupun
dari segi material. Perkembangan teknologi jembatan berawal dari jembatan dari
batu dan kayu, yang berkembang menjadi jembatan modern sejak penemuan material
baja dan beton.
Pada zaman purba, jembatan
dibuat dengan memasang tiang-tiang batu dan slab batu, kayu gelondongan yang
terbatas untuk bentang sungai yang pendek. Dan untuk melewati sungai mereka
mamanfaatkan cabang-cabang atau akar-akar yang bergantungan sebagai jembatan
gantung dengan cara berayun dari pohon ke pohon.
Di zaman Romawi kuno
dimulai dari tahun 300 SM hingga kurang lebih selama 600 tahun mereka membangun
jembatan dari kayu, batu dan beton dalam bentuk lengkung (arch). Mereka bukan hanya membangun jembatan untuk lalu lintas
manusia, tetapi untuk salutan air yang disebut aquaduct. Oleh karena itu bangsa
Romawi termasuk bangsa yang memiliki
Era jembatan besi dan
baja dimulai pada saat adanya Revolusi Industri, mereka juga membangun jembatan
dengan bentuk lengkung (arch). Untuk
jembatan jalan rel, beberapa ahli pada saat itu menggunakan jembatan dengan
bentuk pipa (tubular bridge). Pada
awal pembangunan jembatan tersebut timbul keraguan mengenai kekuatan jembatan
terhadap getaran kereta. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka digunakan rantai penggantung untuk mendukung jalan rel
yang ditumpukan pada tower
yang dibangun di atas pilar.
Era jembatan gantung
pertama kali dilakukan pada abad ke-18 yaitu jembatan Menai Straits di Inggris
yang dibangun pada tahun 1825.
Pada menara jembatan
ini masih menggunakan menara batu dan kabel dari rantai besi untuk menggantung
jalan raya. Kemajuan inovasi pada era jembatan gantung merupakan sumbangan
besar untuk kemajuan ilmu tekologi jembatan dimulai setelah menggantikan kabel
besi dengan kabel baja dan mengganti menarabatu dengan menara yang berbentuk
rangka baja pada jembatan George Washington pada tahun 1927.
Era jembatan cabl estayed
dicapai selama lebih dari tiga dekade. Jembatan cable stayed dinilai
lebih menguntungkan dibandingkan dengan jembatan gantung. Kelebihan
jembatan cable stayed antara lain rasio panjang bentang dan tinggi
pylon yang lebih murah, dan keuntungan yang menonjol dari jembatan cable stayed
adalah tidak diperlukannya lagi pengangkuran kabel yang berat dan besar
seperti jembatan gantung.
Penggunaan beton
prategang modern pertama kali dikemukakan oleh
Freyssinet pada tahun 1928. Ia
mengaplikasikan kawat-kawat baja berkualitas tinggi (high strength steel wire) dengan sistem penegangan pra-penegangan (pre-tensioning) dan pasca penegangan (post-tensioning).
Dan pada tahun 1950-an,
dikembangkan hingga menjadi jembatan beton prategang segmental (cast in place). Jembatan segmental
tersebut dapat pula dikatakan sebagai pracetak (precast) dengan menggunakan
metode konstruksi kantilever yang dikerjakan bentang demi bentang, dipasang tahap
demi tahap. Keuntungan pelaksanaan jembatan
precast antara lain dapat
mempercepat waktu pelaksanaan, karena pelaksanaan jembatan beton lebih rumit
dibandingkan pelaksanaan jembatan baja. Yang menyebabkan kesulitan-kesulitan
tersebut pada saat kontrol kualitas danpengawasan pelaksanaan.
Dengan penggunaan
komponen precast di bawah pengawasan kontrol kualitas yang
ketat sesuai dengan standar yang digunakan, maka pihak pelaksana tidak perlu
memikirkan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan jembatan beton. Konstruksi
jembatan prategang segmental sendiri dapat mencapai panjang bentang 250 meter.
Penampang pada
prategang sendiri bermacam-macam bentuk. Dari gelaar dengan bentuk I, bentuk T,
dan bentuk T terbalik, hingga penampang box girder. Masing-masing penampang
memiliki keunggulan tersendiri.
Di Indonesia sendiri
perkembangan teknologi jembatan maju pesat pada tahun 1970-an, karena pada
tahun tersebut banyak jembatan yang dibangun.
Namun pada saat perkembangan jembatan yang begitu pesat terdapat pula masalah
yang timbul. Masalah yang kerap timbul adalah kerusakan dini pada struktur
jembatan yang tidak terprediksi.
Untuk mengetahui dan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada jembatan, kemudian
diadakan berbagai pengembangan penelitian hingga ditemukannya berbagai
teknologi baru untuk mengendalikan mutu struktur jembatan. Selain menemukan
berbagai teknologi baru, pengembangan berbaai penelitian tersebut juga memberikan
hal yang sangat penting dalam bangunan jembatan yaitu memberikan inovasi yang
tepat guna berupa acuan atau pedoman teknis. Hal-hal yang diberikan dalam
pedoman teknis juga memiliki bentuk yang bermacam-macam, dari pedoman untuk
perencanaan, pembebanan hingga perawatan jembatan semuanya telah diatur disini.
1.2. Tujuan
Saya
menulis makalah ini untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Secara terperinci
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
- Sebagai tugas Matakuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi I.
- Memberi wawasan tentang Sistem Pelaksanaan Konstruksi Jembatan.
BAB
II
DESAIN
DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN SURAMADU
Gambar. Jembatan Suramadu
Jembatan
Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura,
menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur
Kamal), Indonesia.
Dengan panjang 5.438 m,
jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan terpanjang di Asia
Tenggara ialah Bang Na Expressway di
Thailand (54 km). Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway),
jembatan penghubung (approach bridge),
dan jembatan utama (main bridge).
Jembatan
ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20
Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada 10 Juni 2009. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat
pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di
Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur.
Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.
Pembuatan
jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi
Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang
tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.
Berikut adalah Rangkuman dari DESAIN dan METODE KONSTRUKSI Jembatan
Suramadu yang diunduh dari Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga.
2.1. Desain
Lokasi casting yard berada di Marina Shipyard, Desa Sidorukun, Gresik,
dengan luasan sekitar 30.000m2 berada pada tepi laut dengan kedalaman
yang mencukupi sehingga memudahkan loading/unloading
material dari laut. Jarak dari casting
yard ke lokasi proyek bentang tengah sekitar 12 km, yang dapat
ditempuh sekitar 45-60 menit dengan speed boat.
Gambar. Pondasi
Pipa Baja
Gambar.
Lay Out Perencanaan Jembatan Suramadu
2.1.1. Causeway
Gambar.
Causeway
Terdiri dari 36 bentang untuk sisi Surabaya dan 45 bentang sisi Madura dengan panjang masing-masing 40 meter.
Konstruksi bangunan di atas menggunakan PCI Girder.
Sedangkan untuk bagian bawah menggunakan pondasi pipa baja berdiameter 60 cm dengan panjang rata-rata 25 meter untuk sisi Surabaya dan 27 meter untuk sisi Madura.
Gambar. Diafragma
dan Deck Slab
Gambar.
Tampak Atas Jembatan Suramadu
2.1.2. Main Bridge
Konstruksinya terdiri dari pondasi bored
pile 2,4 meter dengan panjang sekitar 80 meter, 2 Pylon kembar dengan
ketinggian 140 meter dan lantai komposit double plane yang ditopang oleh cable
stayed dengan bentang 192 m + 434 m + 192 m. Ketinggian vertical bebas untuk
navigasi bentang utama adalah 35 meter.
Gambar.
Letak Pemasangan Cable Stayed
Gambar.
Pembagian Lajur Jalan
- Lebar Jembatan = 2 x 15.0 m
- Lajur kendaraan = 2 x 2 x 3.50 m
- Lajur lambat (darurat) = 2 x 2.75 m
- Kelandaian maksimum = 3%
Lajur kendaraan
- Kendaraan roda 4 terdiri dari 4 lajur cepat dan 2 lajur darurat.
- Kendaraan roda 2 terdiri dari 2 lajur.
2.1.3. Detail
Pylon
Konstruksi Pylon bentang utama setinggi
146 meter, dengan menggunakan borepile berdiameter 2,4 meter dengan kedalaman
71 meter, Ketinggian vertikal bebas (untuk navigasi) bentang utama adalah 35
meter dari permukaan laut.
Gambar. Bore
Pile dan Konstruksi Pylon
Gambar.
Denah Pile Cap Pylon
2.1.4. Approach Bridge
Untuk bangunan atas menggunakan beton Presstressed Box Girder dengan bentang 80 meter sebanyak 7 bentang,
baik untuk sisi Surabaya maupun sisi Madura. Sedangkan struktur bawah terdiri
dari pondasi bored pile berdiameter 180 cm
dengan panjang 60-90 meter.
Gambar. Potongan Memanjang Approach
Bridge
Gambar.
Potongan Membujur Approach Bridge
Gambar. Approach Bridge
2.2. Metode Konstruksi
Membangun Aktivitas di Tengah Laut
Metode Konstruksi Bentang Tengah, proses paling rumit dan kompleks. Sebuah
aktivitas di tengah laut yang butuh kejelian dengan tetap memperhatikan
keselamatan kerja. Metode konstruksi merupakan suatu
tahapan pelaksanaan pekerjaan pada proses konstruksi. Di Proyek Pembangunan
Jembatan Suramadu terdapat dua metode konstruksi. Metode konstruksi cable stayed dan metode konstruksi approach bridge.
2.2.1. Concreate
Box Girder
Sesuai untuk kebutuhan bentang panjang,
maka dipilihlah metode balance cantilever. Metode ini cocok dilakukan untuk
pekerjaan di laut dengan bentang 120 meter. Metode pengecoran box girder adalah
menggunakan form traveller, yang terdiri dari sistem trust stimuler utama, sistem bottom basket, sistem suspensi, sistem form work, sistem anchoring dan sistem gerak.
Gambar.
Tahap-tahap Pekerjaan Pengecoran Box Girder.
Sistem form work terdiri dari side formwork, inner form work dan diafragma formwork. Formwork siap digunakan setelah seluruh
kegiatan perangkaian selesai. Proses semifinish rebar dilakukan di stockyard
dan proses finalisasi rebar dilakukan di lokasi pekerjaan. Penempatan rebar
dilakukan beriringan langkah demi langkah dengan proses formwork dan
pengecoran. Proses penempatan rebar dilakukan setelah formwork terpasang. Pengecoran segmental box girder yang
akan digunakan adalah pengecoran cast insitu. Pengecoran rebar dilakukan
setelah rebar dan duct terpasang dengan baik. Pengecoran dilakukan dengan
menggunakan concrete pump dengan bantuan pipa. Pekerjaan stressing adalah pekerjaan
yang sangat penting untuk pekerjaan bentang panjang yang kontinyu.
2.2.2. V-Pier (Tumpuan Cantilever Approach Bridge dan Cable Stay)
Gambar.
Tahap-tahap Pekerjaan Pembuatan V-Pier (Tumpuan Cantilever Approach Bridge & Cable
Stay)
Pada review desain Pier 42 dan Pier 45
berbentuk V, V - Pier merupakan rigid frame dan mempunyai panjang deck
longitudinal sepanjang 32 m. V - Pier digunakan sebagai tumpuan balance
cantilever approach bridge dan cable stay Main Span, karena itu pekerjaan V -
Pier menjadi pekerjaan yang krusial.
2.2.3. Pier
Table
Gambar.
Pier Table
Tahap - tahap pekerjaan pier table
adalah pemasangan concrete box bagian bawah rencana Pier table pemasangan
horisontal IWF suport dan vertikal IWF support pemasangan side formwork, inner
formwork dan bottom formwork. Side formwork akan didukung steel trust
sedangkan inner formwork akan didukung oleh portal bracing. Formwork frame
dibentuk dari berbagai kombinasi bentuk baja dan plat. Pekerjaan pemotongan dan
pembengkokan rebar akan dilakukan di stock yard sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan. Proses finalisasi perakitan dilakukan dilokasi pekerjaan.
Pengecoran pier table dilakukan dalam dua kali pengecoran, bottom slab dan
sebagian web akan dicor terlebih dahulu sedangkan top slab dan sebagian web
sisanya akan dicor pada pengecoran ke dua. Pekerjaan stressing vertikal akan
dilakukan setelah pekerjaan pier table memenuhi kekuatan yang dipersyaratkan.
Gambar.
Tahap-tahap Pekerjaan Pembuatan Pier Table
2.2.4. Pier Cap dan Pier Work
Seluruh persiapan untuk pekerjaan
form work dilakukan di stock yard, balok IWF steel plat dan balok kayu
dipindahkan dari stock yard ke ponton material pembuatan form work untuk pile
cap diangkut dari dermaga Gresik menuju lokasi pile cap dengan menggunakan
ponton form work ponton. Seluruh bahan penyusun beton dibawa menuju ke ponton
baching plan.
Tahap - tahap pekerjaan pembuatan
form work pile cap adalah :
- Pemasangan steel plat yang diklem yang digunakan sebagai dudukan steel support. Pemasangan balok penyangga searah longitudinal balok jembatan dan balok penyangga arah transversal jembatan sebagai penerus beban dari balok penyangga dengan baja IWF.
- Pemasangan balok bottom formwork dan multiplek. skirting panel dipersiapkan selain sebagai bagian dari pile cap juga digunakan sebagai side form work.
- Skirting panel merupakan segmental precast concrete. Pemasangan rebar dilakukan setelah proses instalasi botom dan side form work selesai perangkaian rebar dari semi finis menjadi fix di lokasi pekerjaan pile cap.
- Rebar pertama dipasang untuk pengecoran beton pertama setinggi 0.5 meter.
Gambar.
Tahap-tahap Pekerjaan Pembuatan Pembuatan Form Work Pile Cap
Setelah beton cukup kuat pemasangan
rebar dilanjutkan ke tahap berikutnya. Penulangan beton pertama setinggi 0.5
meter, dilakukan setelah bottom form work, side form work dan rebar terpasang.
Beton setinggi 0.5 meter selain digunakan sebagai penahan untuk tahap
pengecoran selanjutnya juga, digunakan sebagai tumpuan pemasangan skirting
panel. Metode pengecoran beton yang digunakan
adalah dengan menggunakan pipa. Saat pengecoran, beton tidak boleh dijatuhkan
dari ketinggian lebih dari 150 cm. Pemasangan climbing form dimulai dari
pemasangan bottom formwork dilanjutkan side formwork pada keempat sisi.
Setelah beton mencapai kekuatan yang
dipersyaratkan climbing form dapat dipindahkan ke segment selanjutnya.
pekerjaan ter-sebut diulang sampai pada tinggi pier yang ditentukan. Penempatan
rebar dilakukan beriringan langkah demi langkah dengan proses form work dan
pengecoran setelah form work terpasang. Pekerjaan tahap pertama rebar
dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran. Begitu seterusnya hingga ketinggian
yang ditentukan. Pengecoran beton untuk pier dilakukan dalam beberapa tahap
tergantung pada ketinggian pier. Tinggi pengecoran maksimum dengan menggunakan
climbing form adalah 4 meter. Pengecoran pertama dilakukan setinggi 50 cm.
pengecoran selanjutnya dilakukan dengan tinggi yang bervariasi begitu
seterusnya sampai pada ketinggian yang ditentukan.
2.2.5. Urutan Pekerjaan Bore Pile
Gambar.
Urutan Pekerjaan Bore Pile
2.3. Metode Konstruksi Approach Bridge
2.3.1. Pondasi Bored Pile
Untuk mengurangi pekerjaan di laut
beberapa persiapan seperti perakitan rebar, dilakukan di stock yard. Penyiapan
bahan baku untuk beton dan casing pipa dilakukan di stock yard Gresik sedangkan
untuk semen SBC dilakukan di dermaga Gresik. Peralatan bor dipersiapkan di atas
ponton yang meliputi peralatan driving casing dan drilling. Tahap-tahap pekerjaan yang
dilakukan pada saat driving casing adalah:
- Pemasangan jacking ponton pada saat tiba dilokasi pengeboran agar tidak terjadi pergerakan pada saat dilakukan pengeboran dan pemancangan.
- Pengeboran casing pipa berdiameter 2250 mm dengan tebal minimum 20 mm, digunakan bore pile berdiameter 2200 mm dengan tujuan memberi ruang dan toleransi bagi mesin bor pada waktu pekerjaan pengeboran.
- Pemasangan vibratory hamer di atas pipa, dilakukan pada saat casing pipa sudah berada di posisinya.
- Pemasangan casing pipa sampai pada kedalaman kurang lebih 30 meter.
Pekerjaan pengeboran dengan methode RCD
(Reserved Circular Drill), dilakukan setelah pemancangan casing pipa selesai.
Mesin bor diletakkan di atas casing terpasang. Pekerjaan pengeboran dilakukan
sampai pada kedalaman kurang lebih 45 meter dari permukaan pile. Persyaratan
toleransi yang ditentukan yaitu 20 mm per meter panjang bangbor yang tidak
tertutup casing Diameter Lubang dalam segala arah tidak boleh melebihi 5 persen
dari diameter yang ditentukan. Lumpur hasil pengeboran diletakkan di disposal
ponton dan dibuang di tempat yang sudah ditentukan sejauh 5 km dari lokasi
pekerjaan.
Persiapan untuk proses pengecoran
dimulai dari pengangkutan raw material dari stock yard menuju ke dermaga dengan
menggunakan dump truck. Raw material dan semen SBC akan diangkut dengan
menggunakan feeder ponton menuju lokasi pengeboran. Pemasangan rebar dilakukan
setelah lubang bor dibersihkan. Penyambungan antar segmen dilakukan dengan
menggunakan mekanikal kopler.
Untuk pembentukan suatu gaya tulangan
yang utuh jumlah sambungan pada satu potongan yang sama tidak boleh lebih dari
setengah jumlah rebar yang terpasang. Metode yang digunakan untuk pengecoran
dibawah air adalah dengan menggunakan Tremix Pipe. Beton harus mempunyai
kekuatan yang cukup dan nilai slump dijaga pada 18-22 cm. Beton yang digunakan
pada pekerjaan bore pile ini adalah beton k-300.
Gambar.
Tahap-tahap Pekerjaan Pembuatan Bore Pile
2.4. Metode Konstruksi Cable Stayed
2.4.1. Pelaksanaan Pekerjaan Platform
Platform merupakan konstruksi pendukung
sementara yang berfungsi sebagai tempat untuk menginstalasi batching plan,
menyimpan material seperti tiang pancang serta sebagai tempat bagi berbagai
aktivitas di tengah laut selama kegiatan konstruksi berlangsung.
2.4.2. Pelaksanaan
Pekerjaan Bore Pile
- Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform yang menumpu ke steel casing di bongkar.
- Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian dipasang.
- Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke pile cap Pemasangan tulangan pile cap.
- Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.
2.4.3. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon
- Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
- Instalasi elevator pada pylon.
- Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
- Konstruksi lengah pylon di tengah.
- Konstruksi balok pengikat tengah.
- Konstruksi lengan atas pylon.
2.4.4. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
- Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
- Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
- Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen berikutnya.
- Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan penenganan kabel.
- Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
- Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara di dekat pilar V.
2.5. Plat Lantai
Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu: tahap persiapan, pembesian lantai, dan pengecoran
plat lantai. Pekerjaan persipan dimulai dari penyiapan material besi di
stockyard untuk selanjutnya potongan besi dibawa ke lokasi pembesian dengan
menggunakan truk.
Besi yang sudah difabrikasi di gudang
diletakkan atau ditata berdasarkan tipe yang ada pada . Hal ini dilakukan untuk
memudahkan proses pemasangan tulangan. Untuk menghindari adanya karat akibat
angin dan air laut, besi ditutup dengan menggunakan terpal. Selain itu
disiapkan scupper juga dan pipa PVC. Untuk mengetahui posisi dan elevasi
pembesian, dilakukan pengukuran, dengan menggunakan teodolit dan waterpass.
Yang pertama dipasang adalah tulangan dalam arah lebar jembatan kemudian dalam
arah memanjang.
Selanjutnya adalah pembesian pembatas jembatan pada bagian tepi. Sebagai proses terakhir pembesian dilakukan pemasangan dudukan untuk kanal dan baja WF yang berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran dan menghindarkan terinjaknya tulangan pada saat pengecoran.
Persiapan terakhir sebelum dilakukan pengecoran adalah pembersihan lokasi pembesian dari kotoran berupa sisa-sisa kawat bendrat maupun kotoran lain yang dapat mengganggu pada saat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton K -350 yang dilaksanakan dalam satu tahap. Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton tersebut kemudian dirawat curring dengan menggunakan curring compound yang bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan (cracked). Metode dengan karung basah juga dilaksanakan curing sampai dengan umur beton 28 hari.
Selanjutnya adalah pembesian pembatas jembatan pada bagian tepi. Sebagai proses terakhir pembesian dilakukan pemasangan dudukan untuk kanal dan baja WF yang berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran dan menghindarkan terinjaknya tulangan pada saat pengecoran.
Persiapan terakhir sebelum dilakukan pengecoran adalah pembersihan lokasi pembesian dari kotoran berupa sisa-sisa kawat bendrat maupun kotoran lain yang dapat mengganggu pada saat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton K -350 yang dilaksanakan dalam satu tahap. Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton tersebut kemudian dirawat curring dengan menggunakan curring compound yang bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan (cracked). Metode dengan karung basah juga dilaksanakan curing sampai dengan umur beton 28 hari.
Gambar. Plat
Lantai
2.6. Diafragma dan Deck Slab
Diafragma adalah elemen struktur yang
berfungsi untuk memberikan ikatan antara PCI Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada
masing PCI Girder dalam arah horisontal. Sistem difragma yang digunakan pada
causeway Jembatan Suramadu adalah sistem pracetak. Pengikatan tersebut
dilakukan dalam bentuk pemberian stressing pada diafragma dan PCI Girder
sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan. Deck slab merupakan elemen
non-struktural yang berfungsi sebagai lantai kerja dan bekisting bagi plat
lantai jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari beton dengan mutu K-350.
Gambar.
Diafragma dan Deck Slab
2.7. PCI Girder
2.7.1. Penggunaan Balok PCI Girder
2.7.1. Penggunaan Balok PCI Girder
Struktur atas causeway Proyek Jembatan
Suramadu menggunakan balok PCI Girder berkekuatan beton K-500, dengan panjang
40 meter, yang terbagi menjadi 7 segmen. Pembagian ini mengingat kondisi
lapangan yang tidak memungkinkan, untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut
secara utuh --sesuai panjang bentang--, dari lokasi pembuatan (pabrik) ke
lokasi pemasangan. Selanjutnya dilakukan post tension dengan menggabungkan
beberapa segmen balok untuk kemudian disatukan dengan
menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
2.7.2. Stressing Girder
Hal penting yang harus diperhatikan
dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar
mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral.
Setelah itu ketujuh segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan,
dijajarkan sesuai bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan
sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi
oli atau pelumas agar balok dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang
diberikan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000 Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000 Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
2.7.3. Erection Girder
Metode pelaksanaan pemasangan PCI Girder
untuk sisi Surabaya dan Madura memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan kondisi setempat. Di sisi Madura, kedalaman laut relatif dalam dan
tidak terpengaruh adanya pasang-surut air laut. Sedangkan di sisi Surabaya,
kondisi laut cukup dangkal dan sangat terpengaruh pasang-surut. Hal ini
menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di sisi Surabaya digunakan metode
'kura-kura' atau roller, sedangkan di sisi Madura Menggunakan crane.
Gambar. Erection Girder
Gambar. Metode Pelaksanaan Pemasangan PCI Girder
Panjang PCI Girder setelah terangkai
adalah 40 meter, dengan tinggi 2,1 meter, dan berat 80 ton. PCI Girder tersebut
didesain untuk hanya menerima beban vertikal dan tidak untuk menerima beban
horisontal. Hal ini menyebabkan proses pengangkutan PCI Girder tersebut dari
lokasi penyimpanan (stockyard) sampai
ke lokasi pemasangan harus dibuat sedatar dan selurus mungkin. Ini untuk
menghindarkan terjadinya gaya horisontal akibat gerakan truk yang berlebihan
yang dapat menyebabkan balok girder patah.
Tahapan pemindahan girder dimulai dengan
pengangkatan menggunakan dua crane dan diletakkan pada boogy. Girder tersebut
kemudian diangkut dengan boogy ke masingmasing pier. Proses selanjutnya adalah
pemindahan dari boogy ke pile cap yang dilaksanakan dengan metode yang berbeda
antara sisi Surabaya dan sisi Madura.
2.8. Abutment dan Pier Head
2.8.1. Pelaksanaan Pembuatan Dilakukan Bertahap
Dimensi pile cap
Dimensi Atas
: Dimensi bawah
a. Panjang : 32
: Panjang : 30 m
b. Lebar : 2 m : Lebar : 4 m
c. Tinggi :
1.05 m : Tinggi : 1.5 m
Gambar. Dimensi
Pile Cap
Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile
cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembuatan bekisting, pembesian, dan
pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan
bagian atas pier. Setelah
bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/
pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian
bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang,
tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.
Gambar. Pile cap
Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan
hasil test pencampuran/ trial mix. Untuk setiap
truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji slump beton.
Slump yang dipersyaratkan adalah t ± 8-12 cm.
Truk mixer kemudian membawa beton ke
lokasi proyek untuk dituangkan ke concrete pump. Sebelum dituang, dilakukan
pengambilan benda uji sebanyak 48 buah untuk tiap pile cap serta pengujian
slump ulang. Dengan bantuan concrete pump, beton tersebut dituangkan ke dalam
pile cap lapis demi lapis sambil dipadatkan. Tebal tiap lapisan ± 30 cm.
Setelah itu dilaksanakan pekerjaan finishing pada permukaan beton.
Hal penting yang perlu diperhatikan
selama pelaksanaan pengecoran beton dengan massa besar (mass concrete) adalah perbedaan suhu. Agar didapat suhu beton
merata tanpa terjadi perbedaan yang besar dilakukan perawatan atau curing beton
dengan karung basah selama 14 hari.
2.9. Tiang
Pancang
2.9.1. Tahap
Awal dan Pemancangan Selanjutnya
Pondasi yang digunakan untuk causeway
adalah tiang pancang baja dengan diameter 600 mm dengan spesifkasi sesuai dengan
ASTM A252 Grade 2. Panjang masing-masing pipa 12 m, dengan kedalaman
pemancangan rata-rata untuk Sisi Surabaya sekitar 25 m dan sisi Madura 33 m.
Pelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini
meliputi pekerjaan pemancangan, pengisian pasir, pengisian beton tanpa tulangan
dan pengisian beton dengan tulangan. Kedalaman dari masing-masing pengisian ini
didasarkan atas kondisi daya dukung tanah dan penggerusan tanah (scouring).
Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan
di tahap awal dilakukan dengan memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan
menimbun, yaitu di Abutment (A0), Pilar 1-5 untuk sisi Surabaya. Sementara di
sisi Madura di Abutment (A102), dan Pilar 101 sampai dengan pilar 96. Untuk
pilar selanjutnya pekerjaan pemancangan dilaksanakan dengan menggunakan ponton
pancang.
2.9.2. Persiapan
Gambar. Tiang
Pancang
Hal penting yang harus diperhatikan
adalah monitoring stok tiang pancang pipa baja yang sudah dicoating, sesuai
kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan pemancangan. Selanjutnya adalah
pemindahan stok pipa ke tepi pantai sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang
digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton dan truk trailer.
harus sudah dipersiapkan di posisi yang telah
ditentukan. Kemudian crane ditempatkan di titik yang ditentukan dan dikontrol
dengan teropong teodolit.
2.9.3. Metode Pelaksanaan Pemancangan
2.9.3. Metode Pelaksanaan Pemancangan
Ponton service ditarik boat mendekati
stok tiang pancang yang telah diposisikan di dekat pantai. Dengan bantuan
crane, tiang pancang diletakkan di atas ponton service untuk dibawa menuju
ponton pancang.
Tahapan selanjutnya adalah pengukuran
posisi dengan mengunakan teodolit (lihat penjelasan metoda pengukuran). Lalu
mengarahkan leader crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal
ponton ke sasaran bidik teropong yang telah disetting dengan komando
dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi
yang diinginkan, maka tiang pancang sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi
miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan dengan menggunakan mal yang
dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka tiang pancang di turunkan
sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk dipancang.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10 pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10 pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan.
Selanjutnya tiang pancang yang
elevasinya tidak sama dipotong dengan menggunakan alat las, setelah terlebih
dahulu diukur dengan menggunakan teodolit.
2.9.4. Pengisian Pasir
Gambar. Pengangkutan
Pasir Dengan Ponton
Pengisian pasir dilakukan dengan
menggunakan ponton 120 ft, yang mampu menampung pasir 200 m3 sesuai dengan
kebutuhan satu pile cap serta excavator PC 200 dengan kapasitas ± 67 m3/ jam.
Dump truck mengambil pasir pada stok
area dengan bantuan excavator. Selanjutnya dump truck yang telah berisi pasir
menuju dermaga dan menuangkan pasir. Diatas pontoon diposisikan sebuah
excavator untuk memindahkan pasir dari dermaga ke ponton.
Untuk pengisian pasir dipasang tremi di ujung
tiang pancang, dan excavator mengisi pasir ke dalam tiang pancang dengan
bantuan tremi.
Selanjutnya dilakukan pengukuran
kedalaman tiang pancang dengan menggunakan tali yang ujungnya diberi pemberat
dan diukur dengan meteran, agar bisa mencapai kedalaman rencana dari pasir pada
tiang pancang.
2.9.5. Pengisian
Beton
Gambar.
Pengisian Beton Pada Tiang Pancang
Besi isian pancang dipersiapkan di
stockyard. Stok besi diangkut dengan truk menggunakan bantuan crane menuju
dermaga dan dinaikkan ke atas ponton. Besi isian dimasukan ke tiang pancang
dengan bantuan crane. Untuk mengantisipasi agar tulangan besi tersebut tidak
jatuh, maka pada ujung tulangan dimasuki besi melintang yang panjangnya lebih
dari diameter pipa pancang.
Selanjutnya
truk mixer dari batching plan menuju ke pompa pengecoran (concrete pump). Pengecoran dilakukan dengan concrete pump yang
dilengkapi dengan belalai untuk memasukkan beton ke tiang pancang.
2.9.6. Metode
Penentuan Posisi (Stake Out) Tiang
Pancang Di Laut
Secara prinsip Metoda Perpotongan Kemuka
yang digunakan untuk Sisi Surabaya dan Sisi Madura diuraikan sebagai berikut:
Titik-titik tempat alat ukur digeser ke kiri atau
ke kanan dari as BM sejauh setengah diameter pipa pancang (300 mm), disesuaikan
dengan posisi tepi tiang pancang yang akan dibidik. Untuk memudahkan
pelaksanaan, bagian tiang pancang yang di-stake-out atau dibidik adalah tepi
tiang pancang, bukan bagian tengahnya. Tahapan pelaksanaan pengukuran di
lapangan adalah sebagai berikut :
- Alat ukur teodolit-1 dan teodolit-2 didirikan di titik-titik BM yang telah direncanakan (menggeser ke kiri ke kanan dari as BM), dengan posisi kedudukan teropong mendatar (90°).
- Bacaan sudut vertikal teodolit-1 dan teodolit-2 diset pada elevasi 2,50 meter dengan melalui perhitungan pengesetan sudut vertikal.
- Bacaan sudut horizontal teodolit-1 dengan acuan arah centerline jembatan diset sebesar b = 03º 59' 42" mengarah ke garis singgung tepi tiang pancang.
- Bacaan sudut horizontal teodolit-2 dengan acuan terhadap arah centerline jembatan diset sebesar b = 273º 59' 42", mengarah ke garis singgung tepi tiang pancang. Settingsinggung tepi tiang pancang. Setting sudut a dan b untuk masing-masing titik pancang (1-36) dibuatkan dalam bentuk tabel sesuai koordinat titik-titik rencana.
- Mengarahkan ladder crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong teodolit-1 dan teodolit-2. Kemudian singgungkan tepi tiang pancang (seperti gambar ilustrasi) dengan komando dari surveyor. Apabila tepi kiri dan tepi kanan sudah tepat bersinggungan, maka tiang pancang tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan siap pancang. Cara tersebut digunakan untuk tiang pancang tegak
- Untuk tiang pancang miring dengan perbandingan sudut 1:10, ladder crane pancang diset membentuk sudut 1:10 dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Tiang pancang kemudian diarahkan ke arah bidikkan teropong teodolit-1 dan teodolit-2 dan disinggungkan ke tepi kiri dan tepi kanannya hingga tepat. Apabila sudah tepat, maka tiang pancang tersebut diturunkan sesuai kemiringan dan siap untuk dipancang. Secara prinsip dari 2 (dua) setting sudut horizontal saja sudah cukup memadai untuk penentuan posisi secara tepat, sedang setting sudut horizontal yang ketiga, keempat dan seterusnya hanya berfungsi sebagai control/ checking, apakah 2 (dua) setting suduthorizontal yang kita lakukan sudah benar atau tidak.
- Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya alat komunikasi, guna koordinasi antara tim pengukur (surveyor) dengan tim pancang, serta operator crane. Penentuan titik-titik BM yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang. Metoda perpotongan kemuka yang dipilih untuk penentuan posisi titik-titik pancang Jembatan Suramadu, secara teknis memenuhi persyaratan dan tidak terlalu sulit dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar