Kamis, 12 Februari 2015

Metode Uji Pembebanan (Load Test)

Pengertian
Uji pembebanan (load test) adalah merupakan suatu metode pengujian yang bersifat setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen-komponen bangunan yang diuji. Pengujian yang dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satu diantaranya adalah metode uji beban (Load Test).
Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.

Alat Uji Pembebanan (Load Test)

Metode Hammer Test

Pengertian
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Di samping itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini adalah jenis "Hammer". Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan.

Rabu, 11 Februari 2015

Geotekstile

Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.


Beberapa fungi dari geotekstil yaitu:
  1. untuk perkuatan tanah lunak.
  2. untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
  3. sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.

Geomembrane

Geomembrane berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan HDPE (High Density Polyetylene) yang mempunyai tingkat impermeabilitas yang sangat tinggi dan sangat homogen berfungsi sebagai lapis kedap air (impermeable liner), selain mempunyai impermeabilitas yang tinggi kelebihan lain material ini sangat tahan terhadap ultraviolet dan bahan kimia yang berbahaya, membuat lapisan impermeable yang baik guna menghindari tercemarnya air tanah dari limbah yang ditampung kolam, yang kadang
kala tidak cuma air kotor, tetapi juga mengandung limbah berbahaya.
Geomembrane ada beberapa tipe ketebalan yang dalam pemilihannya tergantung dari keadaan lapangan yang memungkinkan atau tidak dan juga jenis dan kadar bahan kimia atau limbah yang akan tampung.
Dalam pelaksanaan konstruksi (installation), geomembrane memerlukan penyambungan dengan alat khusus. Geomembrane ini memerlukan mesin las khusus yakni Extrusion Welder dan Hot Wedge yang nanti dalam pelaksanaannya tim kami yang akan menyediakan.

Pompa Pemadam Kebakaran

Pompa pemadam kebakaran berfungsi memompa air ke seluruh hidran dan springkler melalui pipa-pipa induk atau pipa-pipa tegak sesuai dengan pembagian zone masing-masing (Materi Pemadam Kebakaran dikutip dari: http://konsultanmeonline.wordpress.com). Berdasarkan SNI 03-6570-2001 butir 2.2.2 menjelaskan bahwa penggerak yang dapat diterima untuk pompa pada suatu instalasi tunggal adalah motor listrik, motor diesel, turbin uap, dan kombinasinya.
Berdasarkan peraturan di atas harus disediakan 3 jenis pompa yaitu pompa jockey, pompa elektrik, dan pompa diesel. Pada dasarnya ketiga jenis pompa tersebut memiliki fungsi yang sama yakni menyebarkan air. Namun yang menjadi perbedaan adalah sumber energi penggeraknya terutama untuk pompa elektrik dan pompa diesel. Pompa jockey sendiri selain untuk menyebarkan air berfungsi juga untuk mempertahankan tekanan yang ada di dalam pipa. Penggunaan tiga jenis pompa tersebut bertujuan agar ketika terjadi kerusakan pada salah satu pompa harapannya untuk pompa yang lain bisa mengganti sehingga sistem yang berhubungan dengan pompa tetap bekerja.

Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran

Sistem Detektor
Sistem deteksi dan alarm kebakaran sangat penting untuk bangunan gedung, karena berfungsi sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera menyelamatkan diri (Taufan, 2011).

Contoh skema sistem deteksi dan alarm

Selasa, 10 Februari 2015

Sistem Sprinkler Otomatis

Menurut Taufan (2011), sprinkler merupakan pemadam kebakaran yang paling efektif jika dibandingkan dengan sistem yang lain. Oleh karena itu sistem sprinkler sangat penting digunakan pada bangunan gedung. Dalam SNI 03-3989-2000 butir 3.1, disebutkan instalasi sprinkler adalah suatu sistem instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadinya kebakaran.


SNI 03-3989-2000 butir 3.12 dan 3.13, menjelaskan bahwa sistem pemasukan pada sistem sprinkler ada dua yaitu susunan pemasukan di tengah dan susunan pemasukan di ujung.

Sistem Hidran

Definisi hidran adalah suatu alat yang dilengkapi dengan slang (fire hose) dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan untuk keperluan pemadaman kebakaran. Sistem hidran berkaitan dengan sistem pipa tegak. Pada bangunan tinggi umumnya menggunakan hidran halaman dan hidran bangunan.

Skema sistem hidran

Senin, 09 Februari 2015

Sistem Pipa Tegak

Sistem pipa tegak pada bangunan gedung sangat penting, dikarenakan berfungsi sebagai saluran pasokan air pada saat terjadi kebakaran. Pada SNI 03-1745-2000 butir 3.20, dijelaskan bahwa sistem pipa tegak adalah suatu susunan dari pemipaan yang memasok air ke hidran dan sprinkler dan dalam penyebaran airnya dibantu pompa kebakaran. Dalam sistem pipa tegak terdapat pipa pembagi utama, pipa pembagi, dan pipa cabang, umumnya dalam bidang horizontal yang berfungsi menghubungkan sistem sprinkler dan hidran dengan pipa tegak. Pada Bab 5 butir 5.2.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008, perancangan dan pemasangan sistem pipa tegak harus sesuai dengan SNI 03-1745-2000, atau edisi terbaru, tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.

Sistem Pipa Tegak

Sabtu, 07 Februari 2015

Pengendali Asap

Pengendalian asap sesuai dengan fungsinya yaitu dirancang untuk menghalangi aliran asap ke dalam sarana jalan keluar, tempat berlindung dan lain-lain. Dalam perencanaan pengendali asap ada beberapa kriteria yang disyaratkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 Bab 4 butir 4.9 antara lain:
  1. Dibuat untuk membagi-bagi ruangan dalam rangka membatasi gerakan asap,
  2. Dibuat menerus dari dinding luar ke dinding luar, dari lantai ke lantai atau dari penghalang asap ke pengahalang asap atau kombinasinya,
  3. Penghalang api yang digunakan sebagai pengahalang asap asalkan dapat membatasi gerakan asap, dan 
  4. Pintu penghalang asap harus benar-benar menutupi bukaan pintu, tidak boleh ada celah sedikitpun pada daun pintu, dan bisa menutup sendiri secara otomatis. 
Menurut Juwana (2005:145) untuk dinding penghalang asap harus tahan terhadap api minimal 2 jam dan untuk pintu penghalang asap harus tahan terhadap api minimal 1,5 jam.
Ada beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat tergantung dari fungsi dan luas bangunan (Juwana, 2005:143), di antaranya:
  1. Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendali asap otomatis, sistem ini dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan peralatan mekanis (exhaust fan atau blower), dan
  2. Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan.

Tangga Darurat/Tangga Kebakaran

Bangunan gedung harus disediakan sarana vertikal selain lift, seperti tangga darurat. Dalam Bab 1 butir 69 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008, tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.

Tangga darurat di luar gedung

Tangga darurat di dalam gedung

Jumat, 06 Februari 2015

Jalan Keluar/Akses Evakuasi

Salah satu syarat keselamatan pada gedung bangunan adalah sarana jalan keluar. Menurut Irawan (2009) penentuan jumlah jalan keluar/akses evakuasi ditentukan sesuai dengan jumlah pintu kebakaran pada setiap lantai. Jumlah jalan keluar yang disyaratkan yaitu dua jalan keluar untuk setiap lantai seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 3 butir 2.3 Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor: 10/KPTS/2000.
Perencanaan lokasi jalan keluar ada kriteria yang disyaratkan yaitu jarak tempuh ke eksit harus diukur pada lantai atau permukaan jalan lainnya, syarat jarak tempuh ke eksit dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Lintasan Bersama, Ujung Buntu, dan Batas Jarak Tempuh

Pintu Keluar/Pintu Kebakaran

Dalam sebuah bangunan harus memiliki pintu keluar/pintu kebakaran yang berfungsi untuk akses evakuasi. Dalam perencanaan pintu keluar ada beberapa kriteria yang disyaratkan untuk digunakan dalam perancangan pada Tabel Jarak Tempuh Keluar tentang lokasi pintu keluar dan jarak maksimal dari pintu keluar ke tempat yang aman di luar bangunan.

Tabel Jarak Tempuh Keluar

Dalam Bab 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 menjelaskan bahwa pintu

Akses Petugas Pemadam Kebakaran

Di sebuah bangunan gedung sangat perlu disediakan akses petugas pemadam kebakaran, agar petugas pemadam kebakaran dapat langsung atau dengan mudah untuk masuk ke dalam bangunan saat terjadi kebakaran. Dalam Bab 2 butir 2.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 dan SNI 03-1735-2000 butir 6, menjelaskan bahwa:
  1. Bukaan akses untuk petugas pemadam kebakaran dibuat melalui dinding luar untuk operasi pemadaman dan penyelamatan. Bukaan tersebut harus siap dibuka dari dalam dan luar atau terbuat dari bahan yang mudah dipecahkan, dan senantiasa bebas hambatan selama bangunan dihuni atau dioperasikan.
  2. Ukuran bukaan akses petugas pemadam kebakaran tidak boleh kurang dari 850 mm lebar dan 1000 mm tinggi, dengan tinggi ambang bawah tidak lebih dari 1000 mm dan tinggi ambang atas kurang dari 1800 mm di atas permukaan lantai bagian dalam.
  3. Bukaan akses pemadam kebakaran harus diberi tanda segitiga warna merah dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada sisi luar dan sisi dalam dinding dan diberi tulisan : “AKSES PEMADAM KEBAKARAN – JANGAN DIHALANGI” dengan ukuran tinggi minimal 50 mm. Ketentuan ini tidak dipersyaratkan untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal satu atau dua keluarga.

Lapis Perkerasan (Hard Standing) dan Jalur Akses Masuk (Acces Way)

Lapisan perkerasan (hard standing) dan jalur akses masuk (acces way) sangat penting sebagai penunjang dalam sistem proteksi kebakaran pada sebuah bangunan tinggi. Lapisan perkerasan (hard standing) dan jalur akses masuk (acces way) merupakan jalur atau area mobil kebakaran untuk melakukan pemadaman kebakaran. Dalam Bab 2 butir 2.3.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 dan SNI 03-1735-2000 butir 4.2 menjelaskan bahwa:
  1. Di setiap bagian dari bangunan gedung hunian di mana ketinggian lantai hunian tertinggi diukur dari rata-rata tanah tidak melebihi 10 meter, maka tidak dipersyaratkan adanya lapis perkerasan, kecuali diperlukan area operasional dengan lebar 4 meter sepanjang sisi bangunan gedung tempat bukaan akses diletakkan, asalkan ruangan operasional tersebut dapat dicapai pada jarak 45 meter dari jalur masuk mobil pemadam kebakaran.
  2. Dalam tiap bagian dari bangunan gedung (selain bangunan gedung rumah tinggal satu atau dua keluarga), perkerasan harus ditempatkan sedemikian rupa agar dapat langsung mencapai bukaan akses pemadam kebakaran pada bangunan gedung. Perkerasan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa dan mobil tangga dan platform hidrolik.
  3. Pada pembangunan bangunan gedung bukan hunian seperti pabrik dan gudang, harus disediakan jalur akses dan ruang lapis perkerasan yang berdekatan dengan bangunan gedung untuk peralatan pemadam kebakaran. Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m dan posisinya minimal 2 m dari bangunan gedung dan dibuat minimal pada 2 sisi bangunan gedung. Ketentuan jalur masuk harus diperhitungkan berdasarkan volume kubikasi bangunan gedung.

Pencegahan Bahaya Kebakaran


Pencegahan Kebakaran pada suatu gedung karena dapat menimbulkan kerugian berupa:
  1. Korban manusia
  2. Harta benda
  3. Terganggunya proses produksi/jasa
  4. Kerusakan lingkungan
  5. Terganggunya masyarakat
  6. Terganggunya suatu negara

Kamis, 05 Februari 2015

Bendung

Definisi
Bendung adalah suatu bangunan yang melintang pada aliran sungai (palung sungai), yang terbuat dari pasangan batu kali atu bronjong, atau beton, yang berfungsi untuk meniggikan muka air agar dapat dialirkan ke tempat yang diperlukan.

Selasa, 03 Februari 2015

Mesin Perawatan Jalan Rel (MPJR)


MPJR atau Mesin Perawatan Jalan Rel adalah sarana perkeretaapian yang fungsinya untuk merawat jalan rel dari segi apapun. MPJR ini sangat sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia perkeretaapian, kalau tidak ada alat ini mungkin sering terjadi kecelakaan seperti roda kereta api keluar rel, dan sebagainya. Oleh karena itu, MPJR pasti ada di setiap negara yang ada transportasi kereta api. MPJR bentuknya berbeda dengan kereta api lainnya. MPJR biasanya berwarna kuning. Fungsi MPJR adalah sebagai berikut:
  1. Memadatkan batu-batu yang ada di bawah bantalan rel
  2. Merapikan batu-batu yang ada di rel
  3. Mengelas rel
  4. Memasang rel
  5. Dan lain-lain
MPJR ada beberapa tipe seperti:
  1. MTT (Multi Tie Tamper) yang fungsinya buat memadatkan batu-batu yang ada dibawah bantalan.

Pemadatan Tanah dengan cara Ledakan (Blasting)

Pemadatan tanah cara ledakan (Blasting) adalah cara yang ekonomis untuk pemadatan lapisan pasir renggang yang cukup tebal (dalam). Prosedur pemadatan pada umumnya adalah:
  1. Pembuatan/pemancang pipa dengan cara getar, jetting, auger boring atau lainnya. Kedalaman pipa sampai sedalam ledakan yang diinginkan.
  2. Pemasangan bahan peledak (dinamit) dalam pipa tersebut.
  3. Pengurangan kembali pipa (backfilling of pipe).
  4. Peledakan bahan dinamit menurut pola ledak dan kekuatan ledak yang direncanakan.
Peledakan akan menghasilkan gelombang getar tekan dan geser yang akan meruntuhkan susunan partikel tanah asli dan membentuk susunan yang lebih padat. Menurut Ivanov, dan pengalaman didapatkan pedoman pemadatan dengan ledakan (samapi kedalaman 20 meter yang terpengaruh) sebagai berikut:
  1. Ukuran ledakan 1 Kg sampai 12 Kg per hulu ledak.
  2. Kedalaman pusat ledakan, pusat ledakan harus tertimbun pada kedalaman > ¼ kali kedalaman total (samapi kedasar lapisan tanah yang ingin dipadatkan) tetapi letak pusat ledakan pada kedalaman ½ samapai ¾ kali kedalaman total lebih umum dilakukan orang.

Pemadatan Tanah dengan cara Vibrocompaction

Pemadatan dengan cara vibrocompaction umumnya hanya efektif untuk tanah bergradasi pasir dan lebih kasar dari pasir.
Cara ini umumnya dilakukan dengan bantuan alat vibrocompaction yang dapat berupa tiang (pancang) berujung terbuka atu tertutup. Tiang tersebut dimasukkan ke dalam tanah dengan digetar. Pada sebagian cara ini, tanah dipadatkan dengn menusuk-nusukan tiang pancangyang bergeratr dalam tanah (tanpa tambahan material pengisi) dan sebagian lagi dengan menambah material pengisi (pasir atau kerikil).


Adapun pada prinsipnya cara vibrocompaction ini dapat dibedakan menjadi beberapa cara berikut.